Dinamika Kehidupan, Ketika yang Datang Kemudian Pergi.
Saya punya klub bola favorit, sudah hampir 5 tahun sejak awal saya menyukainya.
Saya tumbuh bersamanya, dengan pemain idola yang selalu berganti tiap musimnya akibat bursa transfer, sangat jarang sekali pemain yang saya idolakan berhenti akibat pensiun.
Tottenham Hotspur adalah klub bola pertama yang benar-benar saya cintai, menonton tiap pertandingannya, kadang nobar, beli jerseynya, mengikuti berita-beritanya, sampai ada yang bilang saya terlalu fanatik karena sering memposting hal terkait di social media.
Itu saya anggap sebagai ungkapan rasa sayang terhadap klub.
Dari pertama mengenal pemain yang entah siapa dia, hingga tahu betul seperti apa sikapnya ketika bermain di lapangan hijau, semua itu tidak melekat secara instan, sangat sedih ketika melihat pemain unggulan cidera.
Musim demi musim berganti, hingga saya masih sangat ingat betul musim yang sangat memorable, dimana Gareth Bale dijual.
2013
Ga akan pernah ada fans Spurs yang rela Gareth Bale dijual, secara dia dibesarkan di Spurs, dia punya mimpi besar di Spurs, anak Bale pun diberi nama Alba Violet Bale, kalau disingkat menjadi AVB, sama dengan nama sosok pelatih yang ada disampingnya ketika nama Gareth Bale membesar, Andre Vilas Boas (AVB)
Kesedihan itu ga bisa bener-bener hilang dalam waktu yang singkat, kita mengandalkannya, kita mengikuti perkembangannya, dan kita benar-benar mencintainya.
Gareth Bale pindah ke Real madrid, menyusul kepergiannya Luca Modric yang juga pindah ke club yang sama, kepindahan Modric adalah sesuatu yang tak kalah membekas.
Setidaknya mereka bisa bertemu di klub barunya saat ini, dengan fans yang lebih banyak dan masa depan yang lebih menjanjikan.
Pada saat itu Gareth Bale menjadi pemain termahal di dunia dengan bandrol
£85.3 €100
Diatas transfer Christiano Ronaldo dari Manchester United ke Real Madrid.
Akibat mahar yang sangat besar, Daniel Levy pun sekalu pemilik membelanjakan untuk beberapa pemain. (foto uang masuk dan keluar levy)
Pemboyongan pemain pada saat itu adalah 7 magnificient.
2016
Pemain yang masuk pada 2013 tinggal tersisa 2 orang.
Satu demi satu pemain silih berganti, seperti biasa ada yang keluar dan ada yang masuk, itu adalah hal yang biasa, namun yang tak biasa adalah kesedihan yang sama ketika ada pemain yang cukup berkesan atau saya idolakan tidak lagi mengenakan jersey Spurs.
Ini memang tentang permainan sepak bola, tapi saya menyadari sebuah pembelajaran hidup dari sini.
Ini yang saya rasakan, ini yang saya alami selama berkeluarga di tempat bekerja saat ini.
Tulisan ini muncul ketika persaan serupa ketika ditinggalkan salah satu pemain dari Spurs, mungkin sedikit berbeda karena berdampak pada kehidupan dan kebiasaan yang nyata sehari-hari.
Satu per satu teman disini pergi, atau mungkin berganti, berganti tidak semudah itu, tidak akan ada yang sama, kalaupun ada hanyalah luka lama yang sesekali menyesakan dada, ingin sekali rasanya kita terlahir dan mati dengan berkumpul bersama, tanpa ada keadaan yang berubah.
Dinamika kehidupan.
Mungkin kisah ini terjadi pada semua orang termasuk setiap orang yang pergi mempunyai kisahnya sendiri, mungkin saya hanyalah orang baru yang merusak kebahagiaan mereka.
Mungkin saya hanya orang asing yang sebenarnya tak mereka inginkan.
atau mungkin saya akan menjadi sosok sepergi Gareth Bale, yang kepergiannya akan menjadi luka tersendiri kepada beberapa pihak.
Jika saya meninggalkan dunia ini, saya harap tak ada dendam di antar kita.
Maafkan saya, begitupun saya memaafkan kalian.
Entah kenapa cerita ini berujung seperti ini.
Regards.