Membicarakan masa depan mungkin menjadi suatu hal yang
menakutkan, hal ini terjadi begitu saja dan sangat sulit aku ucapkan kepada
Audi, dia yang mengajaku makan di tempat biasa tapi nampaknya ada pembicaraan
yang tak biasa malam ini.
Tiba-tiba dadaku sesak mendengar perkataannya, pisau dan
garpu aku letakan bersilangan di atas daging Steak yang masih banyak, mood
makanku menurun drastis, duduk bersandar lemas dan memainkan handphone adalah
aktivitas yang tidak bisa di elakan, bermain handphone meskipun hanya sebatas
membuka kunci dan menguncinya kembali.
“Jadi apalagi yang kamu tunggu?” ucapnya pelan “Aku sudah
menunggu lama sekali, menunggu dengan sabar dan memastikan semuanya baik-baik
saja sesuai rencana kita.”
Aku hanya melamun dan memikirkan jawaban terbaik agar tidak
melukai moodnya, meskipun aku sendiri tidak dapat berfikir jernih karena
mendengar kabar kurang mengenakan bagiku darinya kemarin, sekarang hanya untuk
menatap matanya saja aku butuh kekuatan, aku hanya takut di masa depan dia
bukan menjadi miliiku.
Sangat disayangkan sekali malam minggu ini tidak bisa dimanfaatkan
dengan baik, maksudnya seharusnya kami membicarakan hal hal ringan yang membuat
senang, karena jadwal padat masing masing dari kami membuat hari Sabtu
terkadang menjadi hari yang spesial, aroma daging asap kebab yang lezat pun
tidak mampu membantuku menghabiskan daging steak yang ada didepanku, mungkin
sekarang daging steaknya semakin dingin.
sofa yang aku duduki cukup untuk 2 orang, begitu pula dengan
sofa yang diduduki audi yang ada di depanku, rasanya terlalu empuk jika hanya
diduduki, aku ingin tidur merebahkan tubuhku dan berharap semua masalah selesai
di pagi hari.
“Hei Bintang, sebenernya kamu sayang engga sih sama aku?”
Aku mengangguk
“Kita sudah sama sama tahu kan bahwa kamu suka sama aku, aku
pun demikian, selama hampir 2 tahun kita hanya sibuk dengan dunia kita sendiri
dan tanpa terasa Tahun ini Insya allah aku Wisuda.”
“Iya, lalu?” aku bertanya balik
“Kalau kamu sibuk manggung terus Lalu kapan kamu akan melamarku?”
“Masih ingat kan janji kita?”
“Iya masih, kita tidak akan pacaran tapi akan langsung
menikah setelah kamu berhasil Rekaman dan Bikin Album, itu kan?” sekarang
posisi duduk audi sedikit lebih tegak “lebih
tepatnya itu Janji kamu bukan janji kita, karena aku tidak menjanjikan apa-apa
agar kita bisa bersama.”
“Maaf, aku hanya ingin menggapai impianku dan memantaskan
diriku dulu tanpa terganggu oleh pemikiran apapun, agar aku bisa lebih fokus
dalam berkarya termasuk tanpa memikirkan cinta.”
“Aku yakin kok kamu sanggup menjalankannya bersamaan.”
“Engga bisa, Mimpi dan Cinta itu seperti persimpangan, dan
aku atau mungkin semua orang harus memilih salah satunya, aku ingin menggapai
mimpiku dulu, toh jodoh aku ga kemana-mana kan.”
“Iya jodoh ga kemana-mana, tapi saingan kamu dimana-mana.”
Audi menyeruput Lemon Tea nya hingga habis dengan cepat “Bintang, setelah aku
lulus kuliah kalau kamu engga ngelamar aku, ibuku akan menjodohkanku dengan
orang yang bukan kamu.”
Shit!
Tanpa sadar handphoneku terjatuh dari genggamanku rasanya
mendadak lemas jari ini, Ibunya Audi memang tidak pernah tahu kedekatan aku
dengan Anaknya, tapi mengenai perjodohan bukannya sudah tidak jaman kan? Kali
ini aku menatap mata Audi yang bersembunyi dibalik kacamata ber frame tipisnya.
“Kenapa? Kok bisa sih? Emang sama siapa dijodohkannya?” aku
bertanya dan aku harap mendapatkan jawaban yang baik tentunya.
“Ibu nganggep aku Jomblo Tulen, yang udah ampir 3 tahun
sendirian terus, mungkin Ibu khawatir dan memilihkanku anak dari teman
kampusnya ibu dulu.”
Sebetulnya aku tahu omongan dia seperti ini hanyalah
menggertaku saja, mendesak dan berharap agar aku yang melamarnya duluan, dia
tidak mudah jatuh cinta, dan semua rahasia sudah kami ketahui bersama bahwa
kami saling cinta, tapi tetap saja ini menjadi beban baru dalam pikiranku.
Rumah Audi dan rumahku masih satu RW, dekat sekali jaraknya,
hanya saja sedari kecil aku tidak pernah bertemu dengannya, atau mungkin dia
yang masih culun sehingga aku belum terlalu menyadari keberadaannya, sampai
suatu saat dia berubah menjadi pribadi yang sangat memikat, sampai aku
menemukan twitternya, sampai aku SKSD, sampai aku terus mencoba merobohkan
bentengnya untuk bisa dekat dengannya, dan hingga sekarang, hingga sekarang dia
menagihku untuk melamarnya, Damn kecepetan atuh.
Tidak terasa hari semakin malam, langit sudah mulai kotor,
dan aku menyapu pandanganku ke sekeliling cafe, ternyata Para pasangan lain
yang berada di sekitarku tiap 10 menit sekali ada saja yang beranjak dari
tempat duduknya, dan pergi, mungkin mereka akan menikah
Kami masih duduk berdua dalam diam selama beberapa menit
setelah omongannya, aku mulai lapar.
Aku berfikir Apa yang akan terjadi jika Ibunya Audi tahu
kalau selama ini akulah yang dekat dengan dia? Apakah itu ide yang bagus untuk
bertemu dengan ibunya dalam waktu dekat ini dan membatalkan perjodohannya
secara halus, tapi apakah SoftSkill dan keterampilah akan diterima oleh
pemikiran ibunya yang ber gelar S2 Pendidikan? Ditambah lagi dengan
penampilanku yang tak pernah rapi, apakah rambut sebahu ku akan
dipermasalahkan? Apakah hanya nilai Akademik yang dapat beliau Telan bulat
sehingga bisa tertidur pulas setelah kenyang menelannya? OMG banyak sekali
spekulasinya.
Oh iya aku sampai lupa mengambil Handphoneku yang tadi
terjatuh, dan nampaknya ada SMS masuk, setelah aku lihat ternyata dari REG
PETUAH, aku memang mengikuti REG itu, awalnya iseng tapi sekarang ga bisa di
UNREG, alhasil jatah pulsa sebulan mengurang lebih cepat.
Bukankah jujur memang
selalu menjadi yang terbaik? Berkenalan dengan orangtuanya adalah pilihan
terbaik, Kamu bukan orang yang COPO kan?
Sender: REG PETUAH
“Eh kampret banget sih ini SMS Petuah redaksinya bikin kesel
banget.”
“Loh kok kamu ngomong Kasar sih? Kamu kesel sama siapa?
Aku?”
“Loh bukan-bukan ini, ada sms Petuah gitu yang nyuruh aku
ketemu sama orang tua kamu.”
“Yaudah sekarang aku sms Ibu aku kalau besok Minggu kamu
mau main kerumah buat ketemu Ibu.” Ngetik SMS nya cepet banget
“Eh jangan dikirim dulu jangan aku belum siap.”
“Udah aku kirim, kalau ga di paksain sampai kapan kamu ga
bakal siap Bintang, lagian yang minta ketemu kan kamu.” Tiba-tiba Ada SMS masuk
ke handphonenya “Nih udah ada balesannya, kata ibu Iya.”
“Yaudah nanti aku Potong rambut dulu deh.”
“Ngapain? Ibu aku udah tau Wujud kamu kok.”
“Terus?"
“Fine.”
Sepertinya tapak demi tapak yang harus aku lewati semakin
terlihat, aku sudah diberitahu apa yang seharusnya aku lakukan, tinggal aku
yang percaya dan menjalankannya, Untuk Masalah Perjodohan dia dengan orang lain aku sih yakin bakalan
gagal, aku juga ga punya salah ini kan sama Ibunya jadi aku ga perlu malu lagi,
ditambah aku yang masih muda ingin berkarya banyak tanpa ingin diganggu oleh
perasaan lain pasti ibunya bisa menerima alasanku, Aku hanya tinggal perlu
meyakinkan semua pihak bahwa aku akan berusaha sukses dan dengan segera melamar
Audi.
“Audi, Kita Pulang yuk? Aku anterin kamu sampe rumah
sekalian langsung ketemu Ibu kamu sekarang juga.”
THE END
Makasih ya udah baca, Gimana ceritanya?
btw Maaf ya baru sempet posting lagi hueheheee *Bersihin debu blog* blog ini masih ada penghuninya kok
Freak Nose
Adam Azkiya