Bullying : Jangan Menciptakan Monster Jika Tidak Ingin di Terkam

Adam Azkiya 8/16/2014 06:52:00 PM 15 Comments Isi Otak Edit

Malem ini gue ngepost di Warnet, lumayanlah dapet suasana baru akakakak, tapi ada yang bikin nyebelin, barusan file .docx gue langsung terserang virus, dan ga bisa di restore #ShitMomment

Alhasil gue balik lagi buat copy filenya.

pffft.

Bullying itu merusak, bullying itu menjalar apa saja yang bisa diraihnya, bullying itu mengerikan, dan bullying itu menciptakan monster untuk melawan.

Ada fase dimana ketika gue membully seseorang secara langsung maupun tidak langsung, dan ada fase selanjutnya ketika gue melihat apa yang telah gue ciptakan pada masalalu.

Dan bullying ini bersifat universal, untuk siapa aja kapan aja.

Beberapa tahun terakhir ini gue ngerasa gue adalah orang yang selalu berprilaku baik terhadap keluarga, saudara dan juga teman-teman. Ga pernah ngebully dan jarang banget memicu konflik. Kalau bercanda pun ya sewajarnyalah, jadi secara keseluruhan gue adalah orang yang sangat baik? Belum tentu.

Masih terasa ada penyesalan di hati gue ketika berfikir dan merasakan atas apa yang telah gue perbuat terhadap lingkungan gue beberapa tahun silam.

Flashback dikit deh.

Di SD ketika gue masih anak-anak, masih bocah, masih polos, dengan teman-teman yang serupa, mereka berperilaku baik terhadap gue, jarang ada yang melukai gue, gue senang banget ketika berada di kelas karena gue ga merasa terancam dari semua temen-temen yang ada, dan itu adalah presfektif gue sebagai seorang Adam ketika di SD.

Sekarang pada hari ini bisa dibilanglah gue udah dewasa bisa membedakan mana yang baik dan buruk, bisa juga membedakan Apel yang baik dan Apel Buruk, entah bermula kapan dan dimana gue tiba-tiba aja teringat dengan beberapa teman SD gue dulu.

Ya yang namanya mengingat itukan menyeluruh ga bisa gue milih-milih moment baik doang atau perilaku baik gue doang, ya misalkan ketika teringat berhasil nembak cewe pasti juga teringat ketika putusnya karena dia ternyata selingkuh sama adik kelas, itu kan hal baik dan buruk secara bersamaan dang a sengaja.

Inget ya yang di atas itu misaaal.

Seketika terlintas sesuatu dan nampaknya gue telah melakukan kesalahan, dan inilah penyesalan gue.

Di SD gue adalah sosok orang yang berlaku terserah gue, gue adalah penguasa yang otoriter di kalangan temen-temen SD, gue berani dengan siapa saja, semua orang harus patuh oleh perintah gue, kalau main bola gue harus menang meskipun dengan kekerasan.

Mengerikan.

Gue kategorikan itu adalahs sebuah bullying, bullying yang gue berikan kepada orang sekitar.

Bullying memang ga kerasa sama gue yang menjalankan, apalagi ketika dilakukan setiap hari, kayanya udah ngebentuk kebiasaan, tapi gimana jadinya kalau yang jadi kebiasaan itu adalah perilaku buruk yang didapat temen-temen gue pada waktu itu? Karena gue yang berkuasa jadi ga ada yang berani ngomong ke gue kalau gue salah, ga ada juga yang cerita, sehingga gue ga pernah sadar kalau perilaku gue itu kurang baik.

Semengerikannya itukah gue? Lebih biadab dari pemakan katak setengah matang, tanpa garam!

Roda pasti berputar, Sekarang gue merasakan bullying, tapi secara halus, ga ada ucapan yang menyayat hati gue secara langsung, apalagi tindakan fisik, ga ada sama sekali, tapi kenapa gue ngerasa gue kena bully.

Entah bully atau apapun namanya, ini berhubungan dengan pendidikan gue, mohon maaf sebelumnya lagi-lagi gue bawa kampus sebagai pembanding atas pijakan terhadap pemikiran hati gue, kampus gue memang bukan unggulan, dan itu faktanya.

Gue ga ngeluh kok sekolah di kampus ini, gue hanya males dengerin omongan-omongan orang diluar sana yang seakan mendiskreditkan jenjang pendidikan yang sedang gue tempuh dengan biaya sendri ini, seakan gue tidak di anggap bahwa gue lagi kuliah, gue lagi kuliah men! Mereka di luar sana terlalu membanggakan alamamater kampus mereka yang memang terpandang di Indonesia, sehingga kampus gue sekakan tak berarti apa-apa.

Tapi ga semuanya orang diluar sana kaya gitu kok.

The point is, Apakah gue yang terlalu sensitif atau ada yang merasakan atas apa yang gue rasa juga.

Gue bukan tipe orang yang selalu menganggap diri gue adalah orang yang paling terpuruk atas semua kejadian yang ada. Sisi positif dari setiap kejadian selalu ada kan?

Oke sedikit lagi mengulas teman-teman SD gue.

Temen yang gue rasa itu adalah korban bullying gue yang ga pernah bisa ngelawan, nampaknya perilaku bully yang gue berikan terhadapnya dia rubah menjadi sebuah motivasi untuk berhasil, berhasil untuk apa? Untuk melawan gue mungkin secara tidak langsung, salah satunya motivasi untuk belajar, fine ga bisa ngalahin gue secara kekuasaan, tapi dalam pendidikan?

Dan sekarang beberapa temen gue berhasil duduk di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, perilaku buruk yang gue berikan ternyata menjadi pedang bermata ganda, tinggal siapa yang mempunyai motivasi lebih kuat, ia pemenangnya.

Termasuk orang yang diserang.

Pake Toel lagi ah gambarnya :3

Tapi anggap saja masalah itu sudah clear, karena memang hubungan baik gue dengan semua teman-teman masih terjalin baik, lagian udah ngelwatin lebaran berapa kali, dan juga perilaku yang masih polos ga banyak menyimpan luka.

Tapi sekarang?

Ketika seseorang lebih dewasa dan mempunyai pemikiran yang visioner akan lebih mengerikan ketika mendapat bullying dari orang sekitar, mereka akan merekam dengan baik atas tindakan tidak terpuji yang di dapat, termasuk apa yang sedang gue rasakan sekarang, gue terima, gue resapi tiap detailnya, apa saja yang membuat diri gue lemah, gue akan catat dan gue berusaha untuk memperbaikinya satu-satu.

Malahan harus lebih baik dari orang yang menyakiti gue.

Hidup yang indah ini memang bisa terasa menakutkan jika memperhatikan tiap detailnya, tapi tidak jarang juga orang yang berakhir bahagia, itu tergantung kepada apa yang kita beri kepada orang lain, dan apa yang kita terima dari orang lain, cieeeeeh gaya gini y ague? Akakakak.

Simple ya sebenernya hidup itu, tinggal berusaha berperilaku baik terhadap diri sendiri dan menyebarkan energy positif terhadap lingkungan sekitar, berperilaku baik memang susah sih, tapikan setiap proses akan sangat dihargai.

Perbedaan Takut dan Sedih itu beda tipis.

Kalau takut adalah perasaan yang dirasa gue akan sesuatu yang belum terjadi, kalau sedih sesuatu yang gue sesali atas peristiwa yang sudah terjadi.

Salah satu hal yang mengerikan adalah pembuktian dari seseorang yang telah di bully, jadi kalau ga pengen bikin musuh yang menyeramkan jangan bully orang.

Maafkan gue ya kalau gue pernah berbuat salah

Tulisan ini ditulis sehari sebelum Idul Fitri, jadi ya itung-itung maaf-maafan lewat blog hehehe,

Salam cinta teman-teman.

Terinspirasi Taylor Swift dan Tulus yang juga dulunya kena bully, Well, sekarang mereka berhasil melawan dgn sebuah pembuktian.
— Blogger-Mαn (@AdamAzkiya) August 14, 2014