Kejadian ini bermula begitu cepat ketika seorang pemuda dengan jersey putih favoritnya ber-logo ayam membawa tas hitam menghampiri seorang wanita berseragam dibalik meja sana.
"Yang jam berapa mbak?"
"Jam 4 masih kosong semua."
Sejak beberapa kali dia naik travel dan baru kali ini dia yang memilih tempat duluan, alhasil dia memilih tempat duduk di depan (sebelah supir) sebut saja pria berjersey putih dan berhidung mancung itu gue
Hahahah akhirnya gue bisa duduk di depan hell yeah!
Emang sih duduk di depan itu bakal sendirian, padahal ada 2 kursi, tapi kalau mau ada temen ngobrol ya di belakang kalau lu beruntung lo bisa sebelahan sama cewe cantik, bukan sama om-om.
Awal perjalanan mungkin bakal gue habiskan dengan membaca buku atau tidur karena beberapa kilo selepas pintu tol Pasteur-Bandung hanya ada pemandangan monoton yang terlihat.
Bongkahan-bongkahan besi meluncur di atas permukaan kusam dengan sibuk diiringi dedaunan hijau di kiri dan kanan selama perjalanan.
Setelah beberapa puluh menit terlewati yang sekarang terdengar hanyalah suara deru mobil ini yang cukup keras, suara radio yang terputus akibat frekuensi yang tidak bisa dicapai lagi, hening sekali selain suara mesin, setelah gue liat ke belakang para penumpang pun terbagi menjadi 4 golongan:
- Yang sedang menikmati pemandangan secara langsung
- Lewat mimpi
- Pemandangan Timeline
- Orang yang mandangin gue, ada 1 cewe dengan rambut panjang bersemir ungu dengan mantapnya liatin gue (geer banget ya gue), masih mending kalau cantik ini rambutnya aja udah kaya kulit talas.
Pemandangan berbeda ketika gue liat ke samping kanan ke arah sopir, sosok pria paruh baya dengan kulit mengkilap bagai tembaga, perawakannya tegap dengan kumis yang tegap juga, orang Ambon sepertinya, mungkin dia juga bekas superi Truck, eh tapi kok dia menyetir seperti orang mengantuk ya? dengan tubuh yang dibungkukan serta muka yang sedikit ditekuk.
Dengan gesture seprti itu gue jadi takut untuk duduk di depan saat ini dengan layar kaca berukuran 16:4 gue merasakan sensasi 4D begitu menegangkan.
Mencekam karena dia terlihat mengantuk, apakah benar dia mengantuk? gue beranikan diri menatap matanya selama 3 detik, sial ternyata dia memang mengantuk, ngeri gue!
Rasanya kalau disupirin sama sopir yang ngantuk gini ingin gue taro supri ini di wahana Halilintar Dufan saat ini juga sendirian dan tanpa air yang membasuh.
Jika lu baca tulisan gue di blog ini, berarti gue selamat, "Doakan aku ya!" dengan nada seperti di bentang Takeshi
Bismillahi tawakaltu....
Tampaknya petualangan masih belum panas, sesekali mobil travel melaju sangat kencang lurus di bahu jalan, tak tanggung-tanggung sekali nyalip 4 mobil terlewati berkat bahu jalan dengan lakson dan lampu yang terus dimainkan, pokonya ngeri banget broh.
Gue yang lagi nulis nampaknya menarik perhatian supir, seakan gue menjadi black box yang mencatat track record aktivitas mengemudinnya, dari matanya yang sesekali melihat tulisan gue mungkin ia bertanya
"Whats going on?"
***
17.54
Kalau mau liat pemandangan duduk di depan, kalau mau tidur ya duduk di belakang
Iring-iringan mobil yang mengejar matahari pun terpecah, akhirnya rest area nampaknya kami tiba dengan telat, rekor untuk yang pertama kalinya gue ga tidur selama setengah perjalanan pertama,
Adzan Maghrib! sholat dulu
Roti Ayam pedas + Tebs bikin gue harus pergi ke toilet,
setelah gue pulang dari toilet eh tiba-tiba ada Kakek-kakek gitu yang duduknya malah pindah ke depan, jadinya gue ga bisa leluasa lagi duduk di depan, hiks.
Akhirnya gue putuskan buat tidur, dalam hitungan detik gue tertidur
Akhirnya gue putuskan buat tidur, dalam hitungan detik gue tertidur
Detik!
Untungnya gue engga mimpiin si kakek itu, pas gue terbangun, nampaknya Bintaro udah semakin dekat, karena selama perjalanan yang paling gue favoritin adalah terowongan, unik aja sih keliatannya, terowongan yang gelap dengan lampu-lampu kuning yang berjejer di pojok terowongan setiap 3 meter sekali, membuat terowongan terasa mewah.
Serasa kayak maen Need for Speed, ngeeeenggg, minggiiiir |
Gedung-gedung yang seakan berlomba menggapai langit pun semakin terlihat, dengan bangunannya yang hampir dibalut oleh kaca membuat pantulan-pantulan dari gedung sekitarnya, saling bercermin.
ah rupanya tujuan gue udah semakin dekat, gue bergegas untuk turun.
BTW ini postingan perjalanan pertama gue, jadi gue gatau apa yang harus terkandung dalam tulisan ini, kalau Cerpen kan jelas gimana awalnya gimana endingnya, apa konfliknya, nah ini ga ada konflik dan bingung nentuin ending yang bagusnya gimana hahaha, ga apa-apa lah wes penting ngeblog!
Terimakasih yang udah nyempetin baca tulisan perjalanan gue hahaha
ah rupanya tujuan gue udah semakin dekat, gue bergegas untuk turun.
BTW ini postingan perjalanan pertama gue, jadi gue gatau apa yang harus terkandung dalam tulisan ini, kalau Cerpen kan jelas gimana awalnya gimana endingnya, apa konfliknya, nah ini ga ada konflik dan bingung nentuin ending yang bagusnya gimana hahaha, ga apa-apa lah wes penting ngeblog!
Terimakasih yang udah nyempetin baca tulisan perjalanan gue hahaha
Best Regards,
Freak Nose
Adam Azkiya
jam 17, berarti sore? tapi kok ngantuk bro, wah sopirnya nocturnal :D
BalasHapusGa tau juga sih, mungkin dia lelah kali ya @-)
Hapuskeren banget gaya bercerita lo. serius. gua jadi gampang bgt ngebayangin. seakan gua yg ngerasain. top deh. meskipun bkn cerpen, ini keren
BalasHapusSeriussss??
BalasHapusAaakkkk, gue merasa tersanjung gini, catatan perjalanan pertama gue (b)
Makasih banyak ya Zega :>)