Membicarakan masa depan mungkin
menjadi suatu hal yang menakutkan, hal ini terjadi begitu saja dan sangat sulit
aku ucapkan kepada Audi, dia yang mengajaku makan di tempat biasa tapi
nampaknya ada pembicaraan yang tak biasa malam ini.
Tiba-tiba dadaku sesak mendengar
perkataannya, pisau dan garpu aku letakan bersilangan di atas daging Bebek yang masih banyak, mood
makanku menurun drastis, duduk bersandar lemas dan memainkan handphone adalah
aktivitas yang tidak bisa di elakan, bermain handphone meskipun hanya sebatas
membuka kunci dan menguncinya kembali dengan sebercak sidik jari
yang tertinggal pada layarnya.
“Napi malih sane ke antiang?” ucapnya pelan “Aku sudah menunggu lama
sekali, menunggu dengan sabar dan memastikan semuanya baik-baik saja sesuai
rencana kita.”
Aku hanya melamun dan memikirkan
jawaban terbaik agar tidak melukai moodnya, meskipun aku sendiri tidak dapat
berfikir jernih karena mendengar kabar kurang mengenakan bagiku darinya
kemarin, sekarang hanya untuk menatap matanya saja aku butuh kekuatan, aku
hanya takut di masa depan dia bukan menjadi miliiku.
Sangat disayangkan sekali malam minggu ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maksudnya seharusnya kami membicarakan hal hal ringan yang membuat senang, karena jadwal padat masing masing dari kami membuat hari Sabtu terkadang menjadi hari yang spesial, aroma daging asap yang lezat pun tidak mampu membantuku menghabiskan daging Bebek yang ada didepanku, Padahal Restoran Bebek Bengil ini adalah tempat favorit kami dan menu yang sekarang dipesanpun andalan kami tapi entah kenapa aku tak sanggup menghabiskannya malam ini, mungkin sekarang daging Bebeknya semakin dingin sedingin tanganku yang dibuatnya beku.
Sangat disayangkan sekali malam minggu ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maksudnya seharusnya kami membicarakan hal hal ringan yang membuat senang, karena jadwal padat masing masing dari kami membuat hari Sabtu terkadang menjadi hari yang spesial, aroma daging asap yang lezat pun tidak mampu membantuku menghabiskan daging Bebek yang ada didepanku, Padahal Restoran Bebek Bengil ini adalah tempat favorit kami dan menu yang sekarang dipesanpun andalan kami tapi entah kenapa aku tak sanggup menghabiskannya malam ini, mungkin sekarang daging Bebeknya semakin dingin sedingin tanganku yang dibuatnya beku.
Sofa yang aku duduki cukup untuk
2 orang, begitu pula dengan sofa yang diduduki audi yang ada di depanku,
rasanya terlalu empuk jika hanya diduduki, aku ingin tidur merebahkan tubuhku
dan berharap semua masalah selesai di pagi hari.
“Hei Bintang, sebenernya kamu
sayang engga sih sama aku?”
Aku mengangguk
perlahan setelah semua kata-katanya tersaring dan masuk otaku.
“Kita sudah sama-sama tahu kan bahwa kamu
suka sama aku, aku pun demikian, selama hampir 2 tahun kita hanya sibuk dengan
dunia kita sendiri dan tanpa terasa Tahun ini Insya allah aku Wisuda.”
“Iya, lalu?” aku bertanya balik
“Kalau kamu sibuk manggung terus
Lalu kapan kamu akan melamarku?”
“Masih ingat kan janji kita?”
“Iya masih, kita tidak akan
pacaran tapi akan langsung menikah setelah kamu berhasil Rekaman dan Bikin
Album, itu kan?” sekarang posisi duduk audi sedikit lebih tegak “lebih tepatnya
itu Janji kamu bukan janji kita, karena aku tidak menjanjikan apa-apa agar kita
bisa bersama.”
“Maaf, aku hanya ingin menggapai
impianku dan memantaskan diriku dulu tanpa terganggu oleh pemikiran apapun, agar
aku bisa lebih fokus dalam berkarya termasuk tanpa memikirkan cinta.”
“Aku yakin kok kamu sanggup
menjalankannya bersamaan.”
“Engga bisa, Mimpi dan Cinta itu
seperti persimpangan, dan aku atau mungkin semua orang harus memilih salah
satunya, aku ingin menggapai mimpiku dulu, toh jodoh aku ga kemana-mana kan.”
“Iya jodoh ga kemana-mana, tapi
saingan kamu dimana-mana.” Audi menyeruput Lemon Tea nya hingga habis dengan
cepat “Bintang, setelah aku lulus kuliah kalau kamu engga ngelamar aku, ibuku
akan menjodohkanku dengan orang yang bukan kamu.”
Shit!
Tanpa sadar handphoneku terjatuh
dari genggamanku rasanya mendadak lemas jari ini, Ibunya Audi memang tidak
pernah tahu kedekatan aku dengan Anaknya, dengan
dia yang selalu membuatku nyaman atas sentuhan kasihnya, tapi mengenai perjodohan bukannya sudah tidak
jaman kan? Kali ini aku menatap mata Audi yang bersembunyi dibalik kacamata ber
frame tipisnya. Ada rasa ketakutan berselip dimata itu.
“Kenapa? Kok bisa sih? Emang sama
siapa dijodohkannya?” aku bertanya dan aku harap mendapatkan jawaban yang baik
tentunya.
“Ibu nganggep aku Jomblo Tulen,
yang udah ampir 3 tahun sendirian terus, mungkin Ibu khawatir dan memilihkanku
anak dari teman kampusnya ibu dulu.”
Sebetulnya aku tahu omongan dia
seperti ini hanyalah menggertaku saja, mendesak dan berharap agar aku yang
melamarnya duluan, aku yang mengisi singgasana hatinya yang selama
beberapa tahun ini kosong,
dia tidak mudah jatuh cinta, dan semua rahasia sudah kami ketahui bersama bahwa
kami saling cinta, tapi tetap saja ini menjadi beban baru dalam pikiranku,
Rumah Audi dan rumahku masih satu
Banjar, dekat sekali jaraknya, hanya
saja sedari kecil aku tidak pernah bertemu dengannya, atau mungkin dia yang
masih culun sehingga aku belum terlalu menyadari keberadaannya, sampai suatu
saat dia berubah menjadi pribadi yang sangat memikat, sampai aku menemukan
twitternya, sampai aku SKSD, sampai aku terus mencoba merobohkan bentengnya
untuk bisa dekat dengannya, dan hingga sekarang, hingga sekarang dia menagihku
untuk melamarnya, Damn terlalu cepat.
Tidak terasa hari semakin malam,
dan para penari wanita yang mengenakan baju bali terlihat meliuk-liuk dengan
memainkan api yang ada ditangannya, selain suara decak kagum para penonton yang
sebagian besar adalah orang-orang terhormat, deru ombak pun tak kalah besar
suaranya, jarak antara The Bay Bali emang sangat dekat sekali dengan pantai, Awanpun sudah menghalangi langit yang cerah.
Aku menyapu pandanganku ke
sekeliling cafe, ternyata beberapa
pasangan lain yang berada di sekitarku tiap 10 menit sekali ada saja yang
beranjak dari tempat duduknya, dan pergi, mungkin mereka akan menikah.
Kami masih duduk berdua dalam
diam selama beberapa menit setelah omongannya, aku mulai lapar,
aku hanya dapat memakan panggung accoustic lewat mataku yang berada di dinding
jauh sebelah barat.
Aku berfikir Apa yang akan
terjadi jika Ibunya Audi tahu kalau selama ini akulah yang dekat dengan dia?
Apakah itu ide yang bagus untuk bertemu dengan ibunya dalam waktu dekat ini dan
membatalkan perjodohannya secara halus, tapi apakah SoftSkill dan keterampilah
akan diterima oleh pemikiran ibunya yang ber gelar S2 Pendidikan? Ditambah lagi
dengan penampilanku yang tak pernah rapi, apakah rambut sebahu ku akan
dipermasalahkan? Apakah hanya nilai Akademik yang dapat beliau Telan bulat
sehingga bisa tertidur pulas setelah kenyang menelannya? OMG banyak sekali
spekulasinya.
Oh iya aku sampai lupa mengambil
Handphoneku yang tadi terjatuh, dan nampaknya ada SMS masuk,
mataku langsung mengarah ke bagian pengirimnya, rupanya dari REG PETUAH, aku
memang mengikuti REG itu, awalnya iseng tapi sekarang ga bisa di UNREG, alhasil
jatah pulsa sebulan mengurang lebih cepat.
Bukankah jujur memang selalu menjadi yang terbaik? Berkenalan dengan orangtuanya adalah pilihan terbaik, Kamu bukan orang yang COPO kan?
Sender: REG PETUAH
“Eh kampret banget sih ini SMS
Petuah redaksinya bikin kesel banget.”
“Loh kok kamu ngomong Kasar sih?
Kamu kesel sama siapa? Aku?”
“Loh bukan-bukan ini, ada sms
Petuah gitu yang nyuruh aku ketemu sama orang tua kamu.”
“Yaudah sekarang aku sms Ibu aku
kalau besok Minggu kamu mau main kerumah buat ketemu Ibu.” Ngetik SMS nya cepet
banget
“Eh jangan dulu, tiang durung siap.”
“Udah aku kirim, kalau ga di
paksain sampai kapan kamu ga bakal siap Bintang, lagian yang minta ketemu kan
kamu.” Tiba-tiba Ada SMS masuk ke handphonenya “Nih udah ada balesannya, kata
ibu Iya.”
“Yaudah nanti aku Potong rambut
dulu deh.”
“Ngapain? Ibu aku udah tau Wujud
kamu kok.”
“Terus??
“Fine.”
Sepertinya tapak demi tapak yang
harus aku lewati semakin terlihat, aku sudah diberitahu apa yang seharusnya aku
lakukan, tinggal aku yang percaya dan menjalankannya, Untuk Masalah Perjodohan
aku sih yakin bakalan gagal, aku juga ga punya salah ini kan sama Ibunya jadi
aku ga perlu malu lagi, ditambah aku yang masih muda ingin berkarya banyak
tanpa ingin diganggu oleh perasaan lain pasti ibunya bisa menerima alasanku,
Aku hanya tinggal perlu meyakinkan semua pihak bahwa aku akan berusaha sukses
dan dengan segera melamar Audi.
“Audi, Kita Pulang yuk? Aku
anterin kamu sampe rumah sekalian langsung ketemu Ibu kamu sekarang juga.”
Rupanya angin laut yang berhembus
kencang selaras dengan eratnya lingkar tangan Audi yang semakin kuat di
pinggangku, menelusuri pesisir pantai yang selalu indah untuk
dikunjungi wisatawan lokal maupun Mancanegara, ah selalu ada tempat yang
mempunyai alasan untuk kembali.
Dan
yang aku kaget ketika aku sampai di rumah Audi adalah, aku melihat ibuku yang
sedang bercengkrama denga Ibunya Audi di ruang tengah, padahal kalau tamu kan
seharusnya mereka berada di ruang tamu dan duduk dengan posisi yang sopan
dengan obrolan yang sopan, tidak terbahak-bahak seperti itu, atau jangan-jangan
Ibuku bukan tamu?
Ibunya
Audi yang menyapaku duluan setelah membukakan pintu Rumah.
“Suba saling tawang?”
“Ada
apa ini?” aku sangat heran sekali apa yang sedang terjadi, tapi setelah aku
menatap mata Audi dengan pupil yang membesar serta raut wajahnya yang menunda
kesenangannya seakan semua pertanyaanku terjawab dengan singkat.
Suasanapun
semakin cair setelah aku mendengar semua penjelasan lebih lanjut dari semua
pihak, kini wajahku terlihat lebih segar lagi dengan atas siraman rasa bahagia
yang terkumpul di dalam rumah ini.
“Napi malih sane ke antiang?” ucapnya pelan “Aku sudah menunggu lama
sekali, menunggu dengan sabar dan memastikan semuanya baik-baik saja sesuai
rencana kita.”
Hahaha
aku tahu ucapan ini sama persis ketika kami berada di Restoran Bebek Bengil,
persis sekali, tapi sekarang aku tidak perlu waktu yang lama untuk mejawabnya.
Akupun
berdiri dari tempat duduku “Ibu, Tante, Bintang sangat mencintai Audi sudah
sejak lama, dan Bintang.” Aku menarik tangan kanan Audi yang sedang duduk dan
sekarang ia berdiri di samping kananku “Mungkin ini bukan waktu yang pas tapi
bukankah persoalan hati tidak ditentukan oleh waktu? Tiang
nunas ragane dados rabin tiang buin pidan.” secara
tidak langsung malam ini dengan 2 orang saksi aku ingin melamar Audi, begitu
ucapanku selesai wajah Audi lebih merah dibandingkan saat dia mendengar
ucapanku, tapi aku tahu dia senang dan dia bahagia.
“Aku
mau dan aku juga mencintaimu.” Entah disengaja atau secara reflek dia loncat
dan memeluku dengan erat dihadapan orangtua kami masing-masing.
“Eeeeeh durung resmi heh!” Ibuku
melerai pelukan kami
Kamipun
tertawa sangat keras menertawakan kejadian barusan, Sepertinya kebahagiaan itu
menular, dan ditularkan, Ibuku dan Calon Mertuaku ups sangat bahagia melihat
kami bisa bersama, dan kamipun bahagia melihat orangtua kami bahagia, ah senang
sekali rasanya
Disela-sela
candaan kami terdengar ucapan yang begitu intim dari kedua orang tua kami.
“Akhirne
sube mekelone rage metimpal buin beberapa tahun rage sube jdi besan.”
TAMAT
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis
Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get
discovered!
Waktu kecil cita-citanya pengen
jadi Tentara, sekarang cita-citanya pengen nikah di usia 24, dengan itulah saya
memulai menulis, agar cita-cita saya bisa rilis Hehe. Suka banget sama
Tottenham Hotspur
Twitter @AdamAzkiya
Thankyou!
Aduh sweet banget inih ceritanya.. Sukses ya lombanya.. :)
BalasHapusAmin ya Rabbal Alamin,
HapusMakasih ya No la (o)
Kalo menang bagi bagi yah hehehehee :D
Hapus