image1

HELLO I'M ADAM AZKIYA|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|ENJOY MY RANDOM FEED! :)

[Lagi di Ikutin Lomba nih] Impian yang Jauh atau Cinta yang Indah



         Membicarakan masa depan mungkin menjadi suatu hal yang menakutkan, hal ini terjadi begitu saja dan sangat sulit aku ucapkan kepada Audi, dia yang mengajaku makan di tempat biasa tapi nampaknya ada pembicaraan yang tak biasa malam ini.

     Tiba-tiba dadaku sesak mendengar perkataannya, pisau dan garpu aku letakan bersilangan di atas daging Bebek yang masih banyak, mood makanku menurun drastis, duduk bersandar lemas dan memainkan handphone adalah aktivitas yang tidak bisa di elakan, bermain handphone meskipun hanya sebatas membuka kunci dan menguncinya kembali dengan sebercak sidik jari yang tertinggal pada layarnya.

     “Napi malih sane ke antiang?” ucapnya pelan “Aku sudah menunggu lama sekali, menunggu dengan sabar dan memastikan semuanya baik-baik saja sesuai rencana kita.” 

      Aku hanya melamun dan memikirkan jawaban terbaik agar tidak melukai moodnya, meskipun aku sendiri tidak dapat berfikir jernih karena mendengar kabar kurang mengenakan bagiku darinya kemarin, sekarang hanya untuk menatap matanya saja aku butuh kekuatan, aku hanya takut di masa depan dia bukan menjadi miliiku.

      Sangat disayangkan sekali malam minggu ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maksudnya seharusnya kami membicarakan hal hal ringan yang membuat senang, karena jadwal padat masing masing dari kami membuat hari Sabtu terkadang menjadi hari yang spesial, aroma daging asap yang lezat pun tidak mampu membantuku menghabiskan daging Bebek yang ada didepanku, Padahal Restoran Bebek Bengil ini adalah tempat favorit kami dan menu yang sekarang dipesanpun andalan kami tapi entah kenapa aku tak sanggup menghabiskannya malam ini, mungkin sekarang daging Bebeknya semakin dingin sedingin tanganku yang dibuatnya beku.

       Sofa yang aku duduki cukup untuk 2 orang, begitu pula dengan sofa yang diduduki audi yang ada di depanku, rasanya terlalu empuk jika hanya diduduki, aku ingin tidur merebahkan tubuhku dan berharap semua masalah selesai di pagi hari.
 
“Hei Bintang, sebenernya kamu sayang engga sih sama aku?”

Aku mengangguk perlahan setelah semua kata-katanya tersaring dan masuk otaku.

        “Kita sudah sama-sama tahu kan bahwa kamu suka sama aku, aku pun demikian, selama hampir 2 tahun kita hanya sibuk dengan dunia kita sendiri dan tanpa terasa Tahun ini Insya allah aku Wisuda.”

“Iya, lalu?” aku bertanya balik

“Kalau kamu sibuk manggung terus Lalu kapan kamu akan melamarku?”

“Masih ingat kan janji kita?”

       “Iya masih, kita tidak akan pacaran tapi akan langsung menikah setelah kamu berhasil Rekaman dan Bikin Album, itu kan?” sekarang posisi duduk audi sedikit lebih tegak “lebih tepatnya itu Janji kamu bukan janji kita, karena aku tidak menjanjikan apa-apa agar kita bisa bersama.”

      “Maaf, aku hanya ingin menggapai impianku dan memantaskan diriku dulu tanpa terganggu oleh pemikiran apapun, agar aku bisa lebih fokus dalam berkarya termasuk tanpa memikirkan cinta.”

      “Aku yakin kok kamu sanggup menjalankannya bersamaan.”

      “Engga bisa, Mimpi dan Cinta itu seperti persimpangan, dan aku atau mungkin semua orang harus memilih salah satunya, aku ingin menggapai mimpiku dulu, toh jodoh aku ga kemana-mana kan.”

      “Iya jodoh ga kemana-mana, tapi saingan kamu dimana-mana.” Audi menyeruput Lemon Tea nya hingga habis dengan cepat “Bintang, setelah aku lulus kuliah kalau kamu engga ngelamar aku, ibuku akan menjodohkanku dengan orang yang bukan kamu.”

Shit!

       Tanpa sadar handphoneku terjatuh dari genggamanku rasanya mendadak lemas jari ini, Ibunya Audi memang tidak pernah tahu kedekatan aku dengan Anaknya, dengan dia yang selalu membuatku nyaman atas sentuhan kasihnya,  tapi mengenai perjodohan bukannya sudah tidak jaman kan? Kali ini aku menatap mata Audi yang bersembunyi dibalik kacamata ber frame tipisnya. Ada rasa ketakutan berselip dimata itu.

       “Kenapa? Kok bisa sih? Emang sama siapa dijodohkannya?” aku bertanya dan aku harap mendapatkan jawaban yang baik tentunya.

       “Ibu nganggep aku Jomblo Tulen, yang udah ampir 3 tahun sendirian terus, mungkin Ibu khawatir dan memilihkanku anak dari teman kampusnya ibu dulu.”

       Sebetulnya aku tahu omongan dia seperti ini hanyalah menggertaku saja, mendesak dan berharap agar aku yang melamarnya duluan, aku yang mengisi singgasana hatinya yang selama beberapa tahun ini kosong, dia tidak mudah jatuh cinta, dan semua rahasia sudah kami ketahui bersama bahwa kami saling cinta, tapi tetap saja ini menjadi beban baru dalam pikiranku, 

       Rumah Audi dan rumahku masih satu Banjar, dekat sekali jaraknya, hanya saja sedari kecil aku tidak pernah bertemu dengannya, atau mungkin dia yang masih culun sehingga aku belum terlalu menyadari keberadaannya, sampai suatu saat dia berubah menjadi pribadi yang sangat memikat, sampai aku menemukan twitternya, sampai aku SKSD, sampai aku terus mencoba merobohkan bentengnya untuk bisa dekat dengannya, dan hingga sekarang, hingga sekarang dia menagihku untuk melamarnya, Damn terlalu cepat.

      Tidak terasa hari semakin malam, dan para penari wanita yang mengenakan baju bali terlihat meliuk-liuk dengan memainkan api yang ada ditangannya, selain suara decak kagum para penonton yang sebagian besar adalah orang-orang terhormat, deru ombak pun tak kalah besar suaranya, jarak antara The Bay Bali emang sangat dekat sekali dengan pantai,  Awanpun sudah menghalangi langit yang cerah.

       Aku menyapu pandanganku ke sekeliling cafe, ternyata beberapa pasangan lain yang berada di sekitarku tiap 10 menit sekali ada saja yang beranjak dari tempat duduknya, dan pergi, mungkin mereka akan menikah.

       Kami masih duduk berdua dalam diam selama beberapa menit setelah omongannya, aku mulai lapar, aku hanya dapat memakan panggung accoustic lewat mataku yang berada di dinding jauh sebelah barat.

       Aku berfikir Apa yang akan terjadi jika Ibunya Audi tahu kalau selama ini akulah yang dekat dengan dia? Apakah itu ide yang bagus untuk bertemu dengan ibunya dalam waktu dekat ini dan membatalkan perjodohannya secara halus, tapi apakah SoftSkill dan keterampilah akan diterima oleh pemikiran ibunya yang ber gelar S2 Pendidikan? Ditambah lagi dengan penampilanku yang tak pernah rapi, apakah rambut sebahu ku akan dipermasalahkan? Apakah hanya nilai Akademik yang dapat beliau Telan bulat sehingga bisa tertidur pulas setelah kenyang menelannya? OMG banyak sekali spekulasinya.

       Oh iya aku sampai lupa mengambil Handphoneku yang tadi terjatuh, dan nampaknya ada SMS masuk, mataku langsung mengarah ke bagian pengirimnya, rupanya dari REG PETUAH, aku memang mengikuti REG itu, awalnya iseng tapi sekarang ga bisa di UNREG, alhasil jatah pulsa sebulan mengurang lebih cepat.
Bukankah jujur memang selalu menjadi yang terbaik? Berkenalan dengan orangtuanya adalah pilihan terbaik, Kamu bukan orang yang COPO kan?
Sender: REG PETUAH
“Eh kampret banget sih ini SMS Petuah redaksinya bikin kesel banget.”
“Loh kok kamu ngomong Kasar sih? Kamu kesel sama siapa? Aku?”
“Loh bukan-bukan ini, ada sms Petuah gitu yang nyuruh aku ketemu sama orang tua kamu.”
“Yaudah sekarang aku sms Ibu aku kalau besok Minggu kamu mau main kerumah buat ketemu Ibu.” Ngetik SMS nya cepet banget
“Eh jangan dulu, tiang durung siap.”
“Udah aku kirim, kalau ga di paksain sampai kapan kamu ga bakal siap Bintang, lagian yang minta ketemu kan kamu.” Tiba-tiba Ada SMS masuk ke handphonenya “Nih udah ada balesannya, kata ibu Iya.”
“Yaudah nanti aku Potong rambut dulu deh.”
“Ngapain? Ibu aku udah tau Wujud kamu kok.”
“Terus??
“Fine.”

       Sepertinya tapak demi tapak yang harus aku lewati semakin terlihat, aku sudah diberitahu apa yang seharusnya aku lakukan, tinggal aku yang percaya dan menjalankannya, Untuk Masalah Perjodohan aku sih yakin bakalan gagal, aku juga ga punya salah ini kan sama Ibunya jadi aku ga perlu malu lagi, ditambah aku yang masih muda ingin berkarya banyak tanpa ingin diganggu oleh perasaan lain pasti ibunya bisa menerima alasanku, Aku hanya tinggal perlu meyakinkan semua pihak bahwa aku akan berusaha sukses dan dengan segera melamar Audi. 

       “Audi, Kita Pulang yuk? Aku anterin kamu sampe rumah sekalian langsung ketemu Ibu kamu sekarang juga.” 

       Rupanya angin laut yang berhembus kencang selaras dengan eratnya lingkar tangan Audi yang semakin kuat di pinggangku, menelusuri pesisir pantai yang selalu indah untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun Mancanegara, ah selalu ada tempat yang mempunyai alasan untuk kembali.

        Dan yang aku kaget ketika aku sampai di rumah Audi adalah, aku melihat ibuku yang sedang bercengkrama denga Ibunya Audi di ruang tengah, padahal kalau tamu kan seharusnya mereka berada di ruang tamu dan duduk dengan posisi yang sopan dengan obrolan yang sopan, tidak terbahak-bahak seperti itu, atau jangan-jangan Ibuku bukan tamu?

       Ibunya Audi yang menyapaku duluan setelah membukakan pintu Rumah.
“Suba saling tawang?”

     “Ada apa ini?” aku sangat heran sekali apa yang sedang terjadi, tapi setelah aku menatap mata Audi dengan pupil yang membesar serta raut wajahnya yang menunda kesenangannya seakan semua pertanyaanku terjawab dengan singkat.

      Suasanapun semakin cair setelah aku mendengar semua penjelasan lebih lanjut dari semua pihak, kini wajahku terlihat lebih segar lagi dengan atas siraman rasa bahagia yang terkumpul di dalam rumah ini.

      “Napi malih sane ke antiang?” ucapnya pelan “Aku sudah menunggu lama sekali, menunggu dengan sabar dan memastikan semuanya baik-baik saja sesuai rencana kita.” 

       Hahaha aku tahu ucapan ini sama persis ketika kami berada di Restoran Bebek Bengil, persis sekali, tapi sekarang aku tidak perlu waktu yang lama untuk mejawabnya.

     Akupun berdiri dari tempat duduku “Ibu, Tante, Bintang sangat mencintai Audi sudah sejak lama, dan Bintang.” Aku menarik tangan kanan Audi yang sedang duduk dan sekarang ia berdiri di samping kananku “Mungkin ini bukan waktu yang pas tapi bukankah persoalan hati tidak ditentukan oleh waktu? Tiang nunas ragane dados rabin tiang buin pidan.” secara tidak langsung malam ini dengan 2 orang saksi aku ingin melamar Audi, begitu ucapanku selesai wajah Audi lebih merah dibandingkan saat dia mendengar ucapanku, tapi aku tahu dia senang dan dia bahagia.

        “Aku mau dan aku juga mencintaimu.” Entah disengaja atau secara reflek dia loncat dan memeluku dengan erat dihadapan orangtua kami masing-masing.

Eeeeeh durung resmi heh!” Ibuku melerai pelukan kami
        Kamipun tertawa sangat keras menertawakan kejadian barusan, Sepertinya kebahagiaan itu menular, dan ditularkan, Ibuku dan Calon Mertuaku ups sangat bahagia melihat kami bisa bersama, dan kamipun bahagia melihat orangtua kami bahagia, ah senang sekali rasanya
Disela-sela candaan kami terdengar ucapan yang begitu intim dari kedua orang tua kami.

Akhirne sube mekelone rage metimpal buin beberapa tahun rage sube jdi besan.”

TAMAT

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered!




Waktu kecil cita-citanya pengen jadi Tentara, sekarang cita-citanya pengen nikah di usia 24, dengan itulah saya memulai menulis, agar cita-cita saya bisa rilis Hehe. Suka banget sama Tottenham Hotspur
Twitter @AdamAzkiya
Thankyou!

Share this:

CONVERSATION

3 comments:

  1. Aduh sweet banget inih ceritanya.. Sukses ya lombanya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin ya Rabbal Alamin,

      Makasih ya No la (o)

      Hapus
    2. Kalo menang bagi bagi yah hehehehee :D

      Hapus

Makasih banyak yang udah mau komen (≧◡≦)